Thursday, 25 August 2011

my career


Aku pernah merintis karir lain, selain nari.
Walau hanya sesaat .
Menurutku hanya karena sebuah keikhlasan, aku bisa menjadi sebuah icon.
Dengan modal wajah dan senyum yang pas-pas.an.
Ketika saat itu, aku benar-benar merasa, aku bisa memberikan hasil.
Walaupun hanya saat itu saja.
Tapi setidaknya itu membuat suatu penghargaan secara tidak langsung buatku.
Tidak tertuang dalam sebuah kertas tebal, hanya terngiang dalam ingatan sanubari.
Semua itu semakin meningkatkan rasa percaya diriku, bahwa aku bisa melakukan suatu hal yang baru, dan insya allah semua itu akan berhasil.
Itu juga mengingatkanku akan kebesaran Nya.
Rejeki bukan hanya berupa uang, ketenaran juga termasuk, itulah yang kurasakan.
Aku merasa sebagai icon dalam sebuah event yang besar itu.
Tidak pantas rasanya, jika aku tidak terlibat langsung dalam acara itu.
Dengan sengaja aku melibatkan diri.
Entah apakah disana ada asas pemanfaatan manusia, aku juga tidak mengerti.
Hanya saja dengan senang hati dan ikhlas aku berada disana.
Untung saja mereka, teman-teman yang baru aku kenal beberapa, menjadi EO di acara tersebut.
Suatu ketika, aku dan mama membeli souvenir yang ada terpampang wajahku, ntah dengan sengaja atau tidak mamaku berkata “anak saya ini lho iconnya yang ada di gambar itu”.. mereka yang ada dalam tenda dan menjualkan souvenir itu, merasa kaget dan tidak percaya.
Aku hanya tersenyum. Jujur saja aku malu mama berkata seperti itu.
Mengapa tidak diam-diam saja pikirku.
Tiba2 dua orang lelaki dengan sigap memegang dompet dan mengeluarkan kartu nama, dan mereka menunjukkan itu semua untukku.
Dalam hati, mereka photografer yang mengejarku atau memang ingin mengabadikanku dalam jepretannya? Apakah mereka akan membayarku atau apakah aku yang akan membayar mereka?
Sudahlah, semua itu hanya lewad begitu saja.
Bukan hanya aku yang menjadi icon, tapi juga teman laki-laki ku.
Bukan hanya terpampang besar di satu tempat. Tapi juga spanduk-spanduk yang ada diseluruh kota kelahiranku.
Aku memang merasa benar-benar dikenal orang saat itu, seperti kampanye pemilu saja.
Tapi hal yang negatif, banyak kurasakan saat menjadi icon saat itu.
Banyak support yang berupa sindiran yang kurasakan.
Ntahlah, apa mereka merasa tidak menerima apa yang terjadi padaku, atau bagaimana?
Cukup menyakitkan, bahkan aku mencari tahu mengapa mereka seperti itu??
Salahkah aku menjadi tenar saat itu??
Aku tidak dibayar sepeser pun, jika memang mereka mau, silahkan saja ...
Tapi ku pikir, biarkan saja, semua pasti akan berakhir..
Akhirnya semua kesabaran itu ada hasilnya,, semua juga berakhir seiring waktu .