Tuesday, 17 October 2023

Bukan Serangan Balik

Serangan balik itu bukan pegal linu, pusing atau munculnya berbagai jelmaan syaitan. Tapi munculnya rasa malas untuk ibadah ataupun semangat dakwah namun ria, sombong, gila popularitas, angkuh, keras kepala dan kadang dengan semua modal itu ia berpisah dari jemaah dengan idealismenya.

Dengan cara itulah syaitan menghancurkannya pelan-pelan. Ia mendapatkan pengikut baru, wilayah baru, fans baru, nuansa baru, cash, fasilitas dan semua hal yang mengenyangkan hawa nafsunya. Namun semua sahabat menjauhinya.

Kelak ia akan sadar, bahwa semua itu tidak ada artinya. Jika dibandingkan sosok sahabat. Orang beriman yang dulu ia cintai dan mencintainya dalam kesederhanaan dijalanan yang dilalui bersama. Suka ataupun duka.


Ikhwah sekalian, ketahuilah bahwa semakin besar sebuah gangguan syaitan maka semakin halus dirasakan manusia. Semakin kasar semakin lemah, semakin halus gangguan semakin besar kekuatan atau daya hancur yang direncanakan.

Jika saja ujian itu bisa disadari manusia, niscaya manusia akan menyelesaikannya dengan penuh kehati-hatian. Karena itu akan meningkatkan qualitasnya dihadapan Allah.

Jika saja semua musibah itu dirasakan signal kedatangannya, niscaya manusia menolaknya. Segera menghindarinya. Tidak menikmatinya. Mendeklarasikannya. Atau bangga dengannya. Namun, bukan ujian namanya kalau kita mengetahui jawabannya.

Setiap step atau level kehidupan ada ujiannya. Dahulu kala Allah mengujinya dengan gangguan syaitan yang keras, hingga otot dan organ tubuhnya dikuasai. Dan mata kepalanya melihat dengan jelas..

Seiring waktu, dengan pertolongan Allah syaitan kasar itu melemah dan hancur dengan berbagai upaya. Ilmu yang ia pahami. Kesabaran. Ketaatan. Kesungguhan dan lingkungan baru yang mendukungnya. Dan kemudian ujian baru datang, menerpanya, menggoyahkannya dan kelak akan menghabisinya dilembah kesedihan yang sama.

Semua manusia sedang berjalan dengan tugasnya, mengumpulkan bekal yang banyak untuk akhiratnya. Sungguh tak akan ada cemburu, iri, dengki dan hasad jika melihat betapa lebatnya areal hutan untuk kita tebang.

Sungguh tak akan ada cemburu, iri, dengki dan hasad jika melihat betapa luasnya areal untuk kita tanami bersama. Dan memanennya bersama. Menikmati ranumnya buah dakwah berupa terlahirnya generasi-generasi penyembah ar Rahmaan.

Sungguh dunia ini Allah telah ciptakan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua mahluk, namun ia tidak akan cukup untuk satu manusia yang serakah. Dan tidak ada ujung dari keserakahan melainkan kehancuran. Kerusakan dan kebinasaan.

Semoga Allah lindungi kita hamba-hamba Nya dari kegelapan dan kebinasaan. Sungguh kita semua tidak mengetahui akhir dari kehidupan ini. Namun, seluruh hal baik yang kita lakukan hari ini adalah modal untuk akhir yang baik kelak.

Semoga Allah satukan hati orang-orang beriman, demikian juga semoga Allah pisahkan orang-orang fasik dan munafik dari barisan dan keluarga kita. Aamiin

Nuruddin Al Indunissy
Cibubur 23 Jully 2019

Monday, 16 October 2023

Tazkiyyah an nafs 1

Bismillah asholatu wassalamu ala Rosulillah wa’ala aliyhi wa shohbihi ajma’iin. Amma ba’du. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Rabb yang maha luas dan kekal kasih sayang-Nya. Sholawat salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita, Muhammad Sholallahu Alaiyhi wa Sallam, para istrinya, keluarganya, keturunannya, sahabat-sahabiahnya, tabiin dan tabi-tabiin, para ulama serta seluruh ummat-Nya yang tetap sabar dan memegang teguh manhaj yang sahihah..

Merupakan sebuah nikmat, kita diberikan sakit ini. Yang dengannya kita semua berada dihari ini dengan segudang hikmah yang terpatri dalam jiwa kita, membekas perjalanan panjang yang membekaskan rasa takut dan trauma untuk terjerumus lagi dalam kehinaan dosa.

Kita telah sadar, dan mengerti bahwa sakit ini pasti disebabkan oleh tangan kita sendiri. Allah lah tentunya yang memberikan kita petunjuk, hingga kita hampir lupa daftar keluhan jasad kita dan mulai merenungi kesalahan-kesalahan dimasa lalu yang merupakan akar dari semua kerusakan ini. Ini adalah indikator kesembuhan pada ruhani, yang merupakan kabar baik bagi jasad kita. Karena setelah ruhani itu sembuh, maka perlahan jasad akan sembuh.

Ini bukan harapan kosong, karena merupakan sebuah janji dari Nabi kita bahwa “Jika daging [qalbu] itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya” Alhadits. Dan juga janji yang pasti dari sang Raja di Jagat Raya, Raja di Hari Hisab dan Raja dihari akhirat yang kekal; Allah Azza wa Jala dalam al Qur’an-Nya bahwasannya “Al Qur’an itu adalah penyembuh segala penyakit yang ada dalam dada”.

Segala puji bagi Allah, yang telah memudahkan kita untuk memurnikan amal ibadah kepada-Nya. Sudah ratusan atau ribuan lembar kita baca al Qur’an, tidak terhitung isak tangis dalam do’a, ribuan sujud sudah berlalu. Namun, kenapa kita tidak kunjung sembuh?

Mari kita uraikan pertanyaan aneh dan menyebalkan ini. Karena setiap jasad yang diuji sakit, hampir pasti pernah berbisik seperti ini. Kita memang sudah ber-do’a, namun dikabulkannya do’a itu adalah Haq Allah. Diwaktu yang Allah kehendaki bukan diwaktu yang kita ingini… dengan cara yang Allah kehendaki bukan dengan cara yang kita ingini.

Bertaubat kepada Allah itu memang sudah kita lakukan, berulang-ulang bahkan. Namun, turun-Nya maghfirah [ampunan Allah itu] adalah keputusan-Nya. Sudah pantaskah kita diampuni-Nya?

Renungkan. Biarkan air mata jatuh, sebagai bukti kejujuran bahwa disalahsatu sudut bumi Allah ini kita pernah menghitung dosa berharap Allah ampuni kelak. Apa yang terbayangkan?

Jika masih gelap, karena tumpukan masalah dan dosa. Mari saya ajak untuk melibatkan diri. Flashback. Kita hitung hari kita. Dari awal,…

Semua tentu masih ingat saat celana kita masih merah dan baju kita berwarna putih, dasi dan topinya bertuliskan “Tut wuri handayani”. Hari-hari itu kita hidup tanpa beban, akh.. seandainya setiap hari adalah minggu, dan tidak ada “PR”. Alangkah indahnya dunia ini?

6 tahun kemudian berlalu cepat, meninggalkan kisah disekolah dasar itu. Semua bahagia bisa melanjutkan ke SMP, dan SMA. 6 tahun dari saat itu kita mulai mencari jatidiri, kuliah ditempat favorit. Ospek, smpester 1, 2, 3… 7, 8. Skripsi. Menanti. Dag. Dig. Dug. dan lulus!!!

Lalu periode berikutnya kita saling berlomba mencari kerja dan… Ya! Kita menjadi yang pertama kerja dari seluruh anak mahasiswa di kampus itu. Gaji pertama, traktir, kirim kabar ayah ibu adek dan teman-teman.

Tiba-tiba saja sudah 20 tahun kita bekerja, mulai merencanakan hari tua dan mulai sadar jasad mulai sakit disana-sini.

Sebentar, semua itu berlalu sebentar. Coba ambil pena, atau apa saja yang ada disana dan tulislah angka masing-masing. Tulislah angka usia masing-masing…

Silahkan…

Kalau tidak ada pena, cukup tulis dengan jari di lantai atau tembok dihadapannya. Atau cukup tulis diudara. Tulis angka usianya saat ini. 30, 40, 60?

Ya, sekarang tambahkan sesuai angka tadi. Yang 30 + 30, atau yang angkanya 40 + 40 atau, barangkali yang 60 + 60

Sekarang, lihat angka yang pertama. Usia kita, misalnya; 30 tahun. Silahkan hentikan semua aktifitas berfikir dan rasanya, lalu lihat 30 kebelakang itu. Rentetan peristiwa yang begitu cepat berlalu hingga hari ini..

Sekarang renungkan…

Saya sangat yakin semua sepakat, bahwa masa yang sudah berlalu itu begitu cepatnya. Masih segar diingatan kita masa-masa di SMA itu? Atau masih jelas diingatan ketika celana merah kita sobek dan ibu menjahitnya? Bukankah 30 tahun itu masa yang cepat, bukankah 40 tahun itu masa yang sangat cepat. Bukankah 60 tahun itu masa yang cepat?

Baik, sekarang lihat hasil penjumlahan angka tadi. Usia kita, ditambah angka yang sama. Misalkan 30+30 hasilnya 60, maka angka anda adaah 60. Yang 40+40, maka angka anda adalah 80. Yang sudah usia 60 atau sekitarnya, maka tambahkan dengan angka yang sama. Hasilnya adalah 120. Jika 40 tahun adalah usia yang Allah berikan hari ini, itu berlalu cepat, bukankah 40 tahun kemudian saat usia anda 80 tahun akan merasakan hal yang sama?

Selama rentan waktu yang panjang itu, apa yang sudah kita lakukan untuk umat islam ini. Bukankah kita tahu bahwa akhir jaman ini adalah milik umat Islam. Bahwa Islam ini akan berjaya kembali? Bagaimana Islam akan berjaya kalau muslimnya sibuk memikirkan perut masing-masing?

Coba renungkan, selama rentan waktu yang panjang itu. Apa yang telah kita lakukan untuk ruhani kita. Sudahkah kita memperhatikannya… Memberinya makan setiap hari… Menanyakan kabarnya; “Apakabar wahai jiwaku?”

Atau, jangan-jangan, kita tidak pernah bertanya tentang kabarnya, apalagi memberinya makanan. Kita selalu berkilah, akh.. kan harus seimbang antara dunia dan akhirat. Harus seimbang antara ruhani dan jasmani? Benarkah kita sudah seimbang? Sedangkan masa waktu akhirat itu lebih panjang daripada dunia yang sesaat ini?

Saudara-saudariku, dalam tubuh kita ini terdiri dari dua hal. Ruhani dan Jasmani, yang keduanya memerlukan makanan. Kebanyakan manusia hanya memperhatikan makanan perutnya dan lupa memberi makan jiwanya. Maka yang terjadi adalah sakit jiwa.

Perhatikan!

Kita dahulu 6 tahun di sekolah dasar [Elementari School]. Sekolah setiap hari, mengerjakan tugas, dan lain-lain selama 6 tahun adalah untuk mendapatkan selembar surat kelulusan agar kita bisa masuk ke SMP. 3 tahun di sekolah menengah agar kita bisa masuk ke jenjang berikutnya. 3 tahun di SMA agar mendapatkan nilai terbaik untuk masuk ke kampus favorit. Lalu berjuang mati-matian untuk mendapatkan IPK 4 kalau perlu Cumloud maksimal.. agar bisa masuk kerja dengan mudah..

Setelah bekerja, rajin bekerja siang dan malam bahkan lembur untuk apa?

Maka jawaban yang jujur adalah untuk mendapatkan uang. Sekarang, untuk apa uang? Tentu saja, uang untuk memenuhi kebutuhan,..

Kenapa kebutuhan dipenuhi?

Agar perut tenang. Agar hati tenang..

Sekarang, sudah hampir pensiun!

Sudahkah jiwa kita tenang?

Jika iya. Mudah-mudahan ketenangan jiwa itu bukan tipuan belaka…

Jika jawabannya tidak. Maka pastikan, bahwa kita telah tersesat. Sementara dan satu-satunya solusi bagi jiwa yang tersesat adalah kembali. Kembali kemana? Kembali kepada fitrahnya, yang kuat. Karena hati yang kuat itu punya kekuatan untuk berjalan menuju sebuah pertemuan yang indah dengan pencipta-Nya. Dan sebaliknya.

Jika tubuh kuat namun lembek ketika diseru untuk shalat?

Maka pastikan jiwa kita tersesat disuatu tempat. Maka pastikan ia masih terkapar disebuah pantai… Sedangkah kehidupan adalah perjalanan mengarungi samudera luas, dan bukan jalan-jalan dipantai.

Lalu adakah tuntunan dalam islam untuk kembali kepada fitrah itu?

Ya, namanya; Tazkiyyah An Nafs. Atau Tazkiyatunnafs. Tujuan dari Tazkiyyah adalah mengembalikan qalbu kepada Fitrahnya. Karena dalam Qalbu yang fitrah itulah ada kebahagiaan, kekuatan dan ketenangan. Ketenangan yang terpancar dari qalbu yang terdalam. Bukan ketenangan dan tawa-tawa palsu semata.

Ketika qalbu kita sudah kembali fitrah, maka pertama ia akan merasakan kebahagiaan dalam beribadah. Kebahagiaan dan ketenangan itu terpancar diwajah, sehingga orang-orang disekitarnya merasa tenang dan aman dari lidah dan jarinya.

Dalam qalbu yang sehat itu ada kerinduan untuk kembali kesebuah kampung halaman dimana Adam alaiyhi sallam diciptakan! Ada seruan untuk memasuki syurga yang terngiang-ngiang. Seruan yang mengalahkan berbagai bentuk kemaksiatan. Ada seruan untuk mempertahankan tubuh dalam kondisi sehat, agar pulang dengan keadaan penuh kemenangan. Bukan pulang kekuburan dengan khodam dan syaitan-syaitan..

Ada keinginan untuk mewarisi kerajaan Allah di dunia ini dengan anak yang shalih. Sabar terhadap kekuarangan istri. Sabar dalam memperbaiki suami. Bukan ingin cari suami lagi..

Dan untuk mencapai Qalbu yang fitrah ini, dalam konsep RehabHati ada 3 kelompok bahasan.

Definisi
Memahami apa itu tazkiyyah an nafs, secara definitif dan logis serta urgensinya terhadap tubuh.

Kotoran Jiwa.
Memahami jiwa-jasad dan ruh dan jenis-jenis kotorannya.

Metode
Memahami Metodologi Penyucian Jiwa secara syar’ie, ilmiah, logis dan praktis.

Insya Allah, 3 bahasan diatas akan dibahas tuntas dipertemuan-pertemuan berikutnya. Jangan lupa, semua istiqomah di program teraphy masing-masing hingga Allah turunkan rahmat dan keberkahan dari Al Qur’an al Kariim ini. Barokallahufiikum

NURUDDIN AL INDUNISSY

Founder RehabHati

5 Oct 2023

by Ust Nuruddin Al Indunissy

Militansi peruqyah tdk dibangun di kitab yg ia baca, atau training yang diikuti. Apalagi sekedar menonton tv dan youtube, namun ia akan tumbuh dlm medan-medan tempurnya dgn syaitan. Dan medan pertempuran sangat beda dgn ruang pengobatan...

Pengobatan beda dg pertempuran. Sekedar mengobati, hanya perlu ilmu keahlian dan aplikasi. Namun, pertempuran perlu nyali yang menyala untuk menguasai, mempengaruhi dan memenangkan dominasi musuh..

Peruqyah harus merasakan jiwa yang berkecamuk antara hidup dan mati, sebuah situasi yang akan memaksanya menyerah kepada rabb-Nya secara utuh. Sehingga kekuatan langit itu turun bertubi-tubi menyambung asanya yang hampir terputus..

Peruqyah harus merasakan bagaimana ia berjuang utk merebut jiwa anaknya, istrinya, orang tua atau orang yg ia cintai dari cengkraman syaitan yg penjarakan belahan jiwanya sendirian. Ia tdk boleh mengeluh, mengalah, apalagi menyerah!

6 Oct 2023

بسم الله الرحمن الرحيم
kesempatan terbesar adalah bagaimana bisa terus berjalan
berjalan tanpa melihat kebelakang
tapi kenyataan telah merubuhkan dinding yang tegak berdiri
kembali harus merunut ke belakang
mencari makna dibalik selimut kehidupan
dingin
dimana
diri
rasa ingin berlari
menyatukan jiwa & raga seraya bertanya
apakah ini benar adanya
terjerumus dalam jurang yang begitu dalam
tanpa tau kearah mana harus berjalan
berjalan kembali
Sang Pencipta kembali memanggil
dalam dekapan malam
beralaskan hawa sejuk
dan tetesan air yang tak mampu dibendung
disini, tersentak
sedekat it al busyro hadir
sedekat it pula menunggu jawaban kembali
belum selesai perjalanan berjibaku ini
tempat bernaung menjadi dingin
sunyi, sepi, seakan tak ada kehidupan
padahal ada insan didalamnya..
bersyukur tanpa batas
ada jiwa yang
merangkul dalam diam
mengasah dalam doa
mendaki melalui ketajaman nasihat

7 Oct 2023

بسم الله الرحمن الرحيم
dulu ketika aku melihat orang waras yg kehilangan akal namun selalu dijalanan, aku selalu bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan mereka?
apa yang mereka rasakan?
mengapa mereka bisa ada diposisi seperti ini?
bagaimana keluarga & rekan mereka?
lalu sekarang, aku bersyukur Allāh berikan jawaban, tanpa aku harus berada dijalanan
aku merasakan apa yang mereka rasakan
jiwa kita masih hidup
hanya akal yang kehilangan arah
jasad kita masih hidup
tapi nafs yg mengontrol arah diri
mereka pasti lelah
tapi semua sudah tanpa rasa
mereka pasti sedih
tapi air mata pun takkan berbalas
mereka pasti butuh kasih sayang
tapi cemoohan & kata-kata tak pantas yg mereka dapatkan
akal telah hilang
tak dapat lagi menentukan arah harus melangkah
diambil alih oleh shaitan yg tertawa dalam fana
jahat
padahal mereka normal
berjalan, hingga jauh
sehat raga membawa barang & diri
makan & minum
bahkan
mereka bisa membaca Qur'an, shalat
mengingat Tuhannya
mengendalikan
menguasai kembali
menyadarkan diri
butuh Allāh lebih sering dalam setiap detik
karena dlm beberapa detik lengah
akan segera terombang-ambing

7 Oct 2016

bismillaah..
terkadang kita lupa untuk menganalisa, apakah ini halal atau haram. baik itu mengenai makanan, harta, perilaku, muamalah, dsb.
namun disaat ada seseorang yang memperingatkan bahwa hukum begini adalah haram. maka pasti akan ada banyak yang menentang. padahal sejatinya yang menetapkan hukum itu adalah Allāh, bukan manusia. manusia hanya menyampaikan dan mengikuti apa yang telah Penciptanya peringatkan.
seperti kita hidup sekarang ini. apa tujuannya Allāh menciptakan kita saat ini? apakah hanya untuk agar kita bisa hidup bebas semau kita?
ibaratnya seperti, apa tujuannya keluarga kita mendidik kita sedemikian rupa? apakah hanya untuk agar kita bisa menjalani kehidupan saja dari kecil hingga kita besar nanti?
-----
setiap ada penciptaan, pasti ada tujuan. setiap ada aturan, pasti ada ketaatan. setiap ada sebab, pasti ada hikmah.
jika kita hidup hingga sekarang, berarti Sang Pencipta kita menginginkan agar kita hidup memiliki tujuan. apa tujuan itu? yaitu Jannah. dengan tujuan Jannah, sudah pasti kita akan terus beribadah kepada Allāh. menyembah Allāh semata.
jika kita hidup dan memiliki tujuan, pasti ada aturan yang harus kita taati untuk mencapai hasil yang maksimal. darimana peraturan itu? dari Allāh yang ada pada Al Qur'an dan As Sunnah.
jika kita hidup, jelas tujuannya yaitu Jannah. menaati peraturan yang telah ditetapkan, selalu menggigit kuat Al Qur'an dan As Sunnah dengan mempelajarinya. yakin! semua ini pasti akan ada hikmah yang sangat besar dan reward bagi kita yang sanggup menjalaninya, hingga titik garis finish.
karena "janji Allāh itu pasti bagi mereka yang percaya/yaqin dan tak tertipu oleh dunia".
Wallahua'lam

8 Oct 2021

“The heart, in its journey towards Allāh, is like a bird.
Mahabbah (Love) of Allāh is its head; Khawf (Fear) and Rajaa (Hope) are its two wings.
If both the head and wings are sound, the bird will be able to fly properly.
However, if the head is cut off, the bird dies; and when the bird loses its wings then it is susceptible to every hunter or predator.
Some of the Salaf recommended a healthy person to give precedence to Fear over Hope, and when leaving this Dunya (i.e. during illness) a person should give precedence to Hope over Fear. This was the way of Abu Sulaymān.
Alternatively, others said: It is befitting for the heart to lean towards Fear; if it favours Hope it will corrupt.
Others said: the most perfect state is a balance of Hope and Fear, with a heavy reliance upon Love.
Love is the transport; Hope is the guide and Fear is the driver.
And Allāh takes a person [to the destination] through His kindness and generosity.”
- Ibn Qayyim (Rahimahullāh)

15 Oct 2021

بسم الله
suatu saat kita akan menyadari bahwa masa lalu membawa pelajaran hingga saat ini. juga membawa dampak pada diri dimasa kini.
daripada seakan menyalahkan keadaan, kita lebih perlu menyadari bahwa masa lalu telah berakhir, walaupun berlari dari trauma adalah kesalahan, namun berhenti sejenak adalah hal yang tepat. Lalu berjalan bersama trauma dalam healing yang diri sendiri tentukan.
yang mengerti diri kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. jangan beri celah untuk orang lain masuk dan menghancurkan lebih dalam, tapi terus berusaha bahwa perubahan akan selalu menjadi lebih baik, dan hikmah menunggu untuk diraih.
sabr sabr sabr dan terima. semoga perjalanan tanpa akhir ini dapat melekatkan pikiran dan hati dalam satu tujuan yang sama.. genggam tanganku dan percayalah kita bisa melaluinya..

Dua Rahasia

Salah satu sebab sulitnya proses kesembuhan adalah ketika peruqyah mulai tertarik hingga jatuh cinta kepada pasiennya..

Saat jiwanya terguncang, bahkan hingga “terjatuh” tadi, maka pada kondisi itu panah-panah beracun dari syaitan mulai menikam dan venomnya mulai menjalar dan meracuni fikiran sang peruqyah.

Niat yang awalnya suci dan terjaga mulai keruh, rusuh dan lusuh diselimuti hawa nafsu. Hilangnya cahaya diruang kontrol utama hati manusia menjadi sebab utama datangnya kegelapan. Dan penghianatanpun dimulai!

Syaitan memperindah gejolak busuk itu seharum dan indahnya rekahan mawar, lalu semua tipu daya dan kepalsuan dimulai. Syaitan dan hawa nafsu bersekongkol, dan waktu pun bergulir tak pandang bulu.

Racun yang liar ini akan menyatu, menjadi racikan mematikan ketika mereka bertemu dengan warna yang serupa. Lalu kedua rasa itu bertemu dalam ikatan haram bernama cinta, ukhuwwah bahkan atas nama dakwah.

Ketika pasien jatuh cinta kepada sang peruqyah atau sebaliknya, maka batal dan hilanglah semua keberkahan al Qur’an yang mengalir pada udara dan nuansa. Hembusan nafas telah bercampur kemaksiatan terselubung.

Ketika keburukan sudah mulai ditanam dan terjaga, maka pohon ini akan tumbuh liar dan bertahan. Hingga bulan bertemu tahun, lalu keduanya mulai bertanya kemanakah kesembuhan yang dulu menjadi dambaan?

Penghianatan rasa adalah hal yang mengotori do’a, melemahkan bahkan hingga menghilangkan keberkahannya samasekali. Membuat hubungan antara hamba yang lemah dengan sumber kekuatan utama terputus.

Hawa nafsu adalah penanggungjawabnya, kadang berbentuk hubungan haram bernama cinta. Kadang berupa ghibah, fitnah hingga namimah.

Tidak sedikit mereka yang telah ditolong dengan setulus hati menjadi musuh dikemudian hari. Ada api yang menyala tanpa ia sadari membakar dirinya dan menutup jalan-jalan kesembuhannya.

Diantaranya ada yang diam-diam mencintai pahlawan yang mengangkat hidupnya dari lembah kesedihan ataupun prajurit yang terlibat persengketaan rasa. Hingga pucuk senjatanya berubah jadi bunga mawar..

Jika pasien, mencintai peruqyah. Atau peruqyah mencintai pasiennya. Maka hentikan proses ruqyah dan perbanyak amal shalih untuk mengalahkan rasa itu dan mintalah ampun dan pertolongan kepada Allah, untuk melawan rasa. Atau katakanlah, aku menyerah.

Rekomendasikan ia kepada peruqyah lain yang lebih amanah. Perintahkan ia berhijab dan selamat kan diri, mintalah perlindungan kepada Allah. Karena, demi Allah, sebagaimana firman-Nya godaan hawa nafsu itu dahsyat sementara godaan syaitan itu lemah.

Ini adalah dua rahasia, kenapa ada pasien-pasien istimewa yang tak kunjung sembuh setelah semua cara ditempuh. Ada persengketaan rasa yang rahasia, ada ikatan haram yang selamanya menjerat keduanya.

Nuruddin al Indunissy
Hongkong 21 July 2019