Penyesalan itu selalu datang belakangan.
Jangan pernah memandang remeh, hal sekecil butiran pasirpun, yang telah orang lain perbuat untuk kita.
Hingga nanti pada akhirnya, setelah berada di masa yang berbeda, kita baru akan mengerti, artinya sebuah kata penyesalan.
Yang terkadang sulit untuk ditebus.
Walaupun dalam waktu yang begitu panjang.
Belajar memanfaatkan setiap detik waktu yang begitu berharga, untuk perjalanan menyimpan memori di akhirat. Sehingga bisa diputar kembali, mengenang masa indah diwaktu dunia. Bersama mereka...
Ya mereka..
.
Inilah mengapa Allah selalu berikan pelajaran, lalu ujian, dan kelulusan. Agar kita dapat mendulang pengalaman berharga. Dalam barisan mutiara yang takkan pernah ternilai, oleh apapun.
Tempat tinggal itu, seharusnya bukanlah yang paling indah dihadapan lisan & pandangan mata manusia yang berkunjung.
Tapi, adalah tempat yang bisa menjadi hijab bagi penghuninya. Menyejukkan hati & pandangan para malaikat yang masuk kedalamnya. Sehingga buliran do'a bisa terijabah, dan terangkat hingga ke atas langit. Bahkan, jika Allah menghendaki, menjadi berkah untuk para penghuni tempat tinggal tersebut.
Seharusnya bersyukur itu dalam keadaan apapun. Baik sehat maupun sakit. Sehat, nikmat dalam beribadah. Sakit, maka jadi penggugur dosa yang telah dilakukan. . . . .
Begitu pula dengan makanan. Bersyukur atas apa yang bisa didapatkan. Jangan dicela, karena ini pilihan & rejeki dari Allah. Masih banyak yang sulit mendapatkannya, walaupun hanya sebutir nasi. Sedangkan kita, terkadang khilaf menyisakan sebutir nasi untuk syaitan..
Seketika Allah mengijabah doamu langsung, apakah lalu akan menjadi kufur nikmat?
Jangan. Karena ini adalah kenikmatan ujian. Seharusnya ini menjadi batu loncatan untuk semakin lebih baik...
Bismillahirrahmanirrahim
Al Hasan Al Bashri mengatakan, "Al Qur'an diturunkan untuk diamalkan, namun orang-orang menjadikan bacaan Al Qur'an sebagai amalan." Maksudnya, mereka sebatas membaca Al Qur'an, tanpa mengamalkannya.
Begitu pula untuk memperingati khataman Al Qur'an, para Qurra' ( Qurra’ adalah jama’ dari qari’, yang artinya orang yang membaca ) rela merogoh kocek untuk mengadakan suatu perayaan yang gegap gempita dengan menyalakan lampu-lampu. Mereka menyiakan harta benda, menyerupai kaum majusi, & menyediakan sarana berkumpul antara kaum perempuan & laki-laki di malam hari. Iblis membuai mereka, bahwa peringatan tersebut dari kemuliaan Islam.
Sumber : Talbis Iblis, Ibnul Jauzi
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Dan setelah ngebaca tulisan diatas, seketika teringat sekitar 4th yg lalu sepertinya. Ada wisuda para penghafal Al Qur'an besar2an disebuah stadion. Dan anehnya, menghadirkan "legenda" dari kaum penyembah berhala untuk meramaikan acara tersebut.
Memang, tokoh yang memiliki sebuah tempat pendidikan para penghafal Al Qur'an itu begitu terpandang. Bahkan dikatakan sebagai seorang yang fahim dalam ilmu agama, khususnya sedekah, bisnis & mencetak para penghafal Qur'an. Ma syaa Allah.
Tapi sayangnya, aqidahnya tak sesuai dg kelebihan yang telah disandangnya selama ini.
Inilah yang terkadang membuat syubhat (ragu2, abu2) terhadap mereka yang masih awam. Hanya memandang secara dzohir (apa yang tampak secara kasat mata), tapi lalai untuk belajar mengetahui lebih mendalam.
Memohon terus kepada Allah untuk ditunjukkan yang haq itu haq & meminta pada Allah agar kita bisa mengikutinya. Dan memohon untuk ditunjukkan yang bathil itu bathil & meminta pada Allah agar kita dapat menjauhinya.
Catatan kecil untuk mengingatkan ku.
Wallahua'lam