Wednesday, 16 May 2018

HIjrah


bismillaah

saking panjangnya perjalanan hijrah yang begitu detail, sampe lupa untuk menceritakannya kembali. dan sejujurnya memang ingatan makin kesini makin rasanya menjauh. tapi, masih tetap ingin mencoba kembali untuk mengasah dan mengingat hal-hal yang terbaik yang dilewatin.

---
sejujurnya, awalan hijrah proses yang begitu berantakkan dan dramatis.
dari mulai meninggalkan dunia nari yang waktu itu bener-bener jadi kesibukkan keseharian banget, sampe mengubah mindset dan gaya berpikir, hingga kemudian menemukan titik temu yang harus dilewati. walaupun hingga sekarang masih terus berusaha untuk meng-upgrade diri.

dari mulai meninggalkan dunia nari, bener-bener aku ga ada temen sama sekali untuk cerita. cerita tentang kegalauan apa yang aku rasakan. yang aku tau, aku bisa memiliki hal-hal yang ketika aku lihat bisa aku senangi, adalah anak-anak mushola di kampus. itu pemandangan utama yang sering aku lihat.

ketika aku melalui perjalanan kesana-kesini, liburan dan lain sebagainya. melihat seorang perempuan yang kelihatannya adem dan sejuk merupakan hal yang ingin aku dapatkan pula. apalagi ketika aku melihat yang bercadar, terbesit bagaimana rasanya jika aku bercadar.

---
Anak Mushola

ketika awalan aku mengikuti snmptn, itu saat pertama kali aku berkerudung. karena waktu itu aku sholat tahajud 3 hari berturut-turut, dan aku mendapatkan hidayah. orang tuaku ga pernah menyuruh aku untuk menggunakan kerudung, tapi mereka selalu mengajarkanku untuk berpakaian yang baik dan sopan, begitu pula dengan bersikap dan bertutur kata.

sampai akhirnya ketika aku kuliah, aku senang bolak-balik lewat mushola kampus. dan kebetulan memang aku selalu dilanda pertanyaan dalam diri sendiri "kapan aku bisa mendalami agama aku sendiri? jika setiap saat, setiap hari selalu kesibukkan parah yang aku jalani."

walaupun aku berkerudung, aku masih jarang sekali sholat, apalagi membaca al qur'an. hal-hal yang berbau agama aku lakukan hanya sekedar memperlihatkan, bahwa aku adalah "muslim". just it.

ada suatu ketika, aku suka ke mushola dan mengagumi salah satu senior disana. aku suka cerita, bertukar pikiran atau pendapat. sampai pada akhirnya, diawalan aku mulai merasa galau, aku menceritakan hal tersebut. dan aku diberikan nomer temennya, supaya aku bisa berkomunikasi dengan temannya tersebut.

sampai akhirnya, aku kenal dengan "mba fanti". seseorang yang begitu kuat dalam memegang prinsip. awalnya yang aku tau sebagai orang yang awam, mereka tergabung dalam satu wadah sebagai motivator. setiap ada kegiatan acara anak-anak mushola dikampus, aku mendadak jadi rajin untuk ikut. mendadak pula, cara berpakaian ku mulai kelihatan berubah. dari biasanya sporty, celana jeans & jacket/cardigan & sepatu. mendadak jadi rok, dengan kerudung menjulur kedada.

setiap mengikuti acara itu, aku selalu termotivasi. mungkin bahasanya sekarang adalah "anak-anak tarbiyah/pks".
tapi, aku ga masuk dalam perekrutan mereka. aku ga tau kenapa. sehingga pada akhirnya. aku banyak sharing dengan mba fanti. banyak bertanya tentang ini dan itu.

----

Online & New Friend

oiya, selama aku hijrah itu udah mulai kenal dunia internet. selain aku mengikuti kajian-kajian offline, aku juga sangat haus akan ilmu di dunia online. banyak teman, banyak saudari yang didapat. banyak juga kajian ilmu yang beredar diinternet. sampai pada akhirnya, hingga kini aku kenal deket sm seseorang yang kusebut "makiki". best friend until jannah ya :* , biidznillah

dari makiki punya anak satu, sampe sekarang mau punya anak 3. Ma syaa Allah, barakallaahu fiik..

bener ya, menuntut ilmu itu memang darimana aja. Sejauh mana Allah memberikan petunjuk untuk kita berjalan dan mencari kebenaran, sejauh itu pulalah kita akan berusaha untuk mencapainya.

---

Dunia Konspirasi

Dan, aku lupa, entah bagaimana aku mulai menyenangi dunia konspirasi saat itu. sampai aku bisa mengenal orang-orang yang belum pernah aku kenal, dan mengadakan kajian mengenai konspirasi. Bersama mba fanti, kak sari dan seorang lagi sebagai narasumber.

Bahkan aku begitu haus ilmu tentang konspirasi yang bikin aku menjadi-jadi terhadap buku. Ya, buku. Seminggu aku bisa menghabiskan beberapa buku untuk aku baca. Belum lagi info-info artikel di internet. Yang kebetulan saat itu memang aku sedang mulai untuk menyusun skripsi. Hingga akhirnya aku mengambil judul tentang kesetaraan gender.

Mengikuti kajian offline, bahkan sampai ke Jakarta pun aku mengikuti kajian pizaro mengenai konspirasi tersebut.

Tapi, pada akhirnya aku berhenti. Saat aku disodorkan informasi dan buku mengenai terbongkarnya satu dari sekian konspirasi yang ada saat itu.

Dan aku pun sadar, bahwa selama ini, bahkan hingga sekarang ini, jika bukan karena hidayah dan furqon dari Allah, seseorang ga akan pernah bisa mengerti mengenai hal ini.

----
Ta’aruf Gagal

Semua ini ada ketika aku sedang mulai skripsi. Saat itu kajian konspirasi dengan seorang narasumber yang aku bisa kenal dari temennya temen. Memang karena itu masih awalan aku hijrah, jadi semangat banget untuk menuntut ilmu.

Hal yang bikin janggal awalan adalah ketika berbicara dengan lawan jenis via hijab atau ditutupin sm tembok triplek. Eh, aneh kaya gimana ini ngomongnya? Haha.. Tapi katanya mba fanti, jangan lemah lembut ngoomongnya, tegas ya, to the point.

Ya pas kajian, coba aja ngomongnya to the point. Tapi lucu aja waktu awalan. Yang biasa dulu aku tu paling open banget sama lawan jenis, bahkan friendly banget, tetiba harus terbatasi sm hijab. Tapi Alhamdulillah, semua itu terbiasa karena Allah.

Dari situlah ceritanya si narasumber ini bisa tetiba nge sms ngajak ta’aruf. Aku udah ngerasa janggal aja dengan caranya via sms. Sampai pada akhirnya, karena takaran utama adalah agama, sekuat hati coba bilang sama mama dengan pelan-pelan. Walaupun pada akhirnya penolakkan keras. Dan gagal….

----
Anak HTI

Setelah aku bersama terus dengan mba fanti & kak sari, aku mulai penasaran, mereka ikut kajian dimana, sehingga ilmu mereka lebih mumpuni pada saat itu. saat mereka bilang HTI, aku mulai mempertimbangkan, search di gugle seperti apa HTI, dll. Kebetulan aku saat itu kuliah di jurusan politik, sehingga analisis mereka (HTI) cocok dengan skill aku saat itu.

hingga pada akhirnya aku diajak untuk ikut kajian di HTI. seingatku, itu di akhir tahun 2012 aku mulai mengikuti kajian di HTI & itu ga lama.. karena ada suatu ketika, aku menemukan kejanggalan pembahasan pas mabit mengenai berjabat tangan dengan non-mahrom.

tapi selama di HTI, aku cukup banyak dapat pengalaman. seperti itu yang namanya halaqoh. walaupun saat itu orang tua ga tau kalau aku ikut kajian seperti itu. takutnya, aku ga akan dibolehin, sementara aku meninggalkan dunia nari aja, aku disuruh untuk nari lagi. dan berubahnya penampilanku, menjadi bahan kesinisan, terutama mama...

di HTI, sekitar 3bulanan kurang lebih. aku mulai rajin ikut halaqoh, sampai mulai mau narjim ke kitab yang arab. selama itu aku sempat pula mengikuti konferensi international muslimah dijakarta bersama seorang musyrifah. dan di konferensi tersebut juga, aku mulai merasakan kejanggalan-kejanggalan..

---
NO Money & Laundry

selama aku hijrah, aku bener-bener ga ada penghasilan sama sekali. yang awalnya aku bisa nyimpen & pake uang untuk sehari-hari dari honor nari, saat itu bener-bener ga ada. bahkan uang 2ribu pun di eman-eman untuk dipake. bahkan, aku pernah sempet nyari kerjaan sampingan.

kebetulan temen yang di HTI ada buka laundry & btuh untuk tukang setrika. akhirnya aku iya-in. hampir setiap hari aku datang kesana untuk setrika baju-baju. ortu ga ada yang tau. mereka taunya, aku pergi seharian ga tau kemana. walaupun aku izin pergi & pulang agak sore. karena kalau aku bilang, pasti bakal ga dibolehin.

selama 2 minggu aku kerja di laundry itu. dan ga bisa bertahan lama. Karena mama papa mulai curiga, dan akhirnya aku berhenti. Saat temen contact lagi, dan mau memberikan gaji aku selama kerja disana, aku menolak. Karena aku ngerasa sia-sia untuk bisa berdiri sendiri. Dan selama itu pula aku dikejar-kejar oleh musyrifah HTI untuk ikut kajian atau sekedar tau kabarku saat itu…

setelah beberapa waktu, mengikuti halaqoh di HTI, dan mulai merasakan beberapa kejanggalan, aku memilih menjauh dan mundur. karena alhamdulillaah, saat itu Allah mulai memperkenalkan dan memberikan petunjukNya ke aku mengenai tauhid dll. sehingga, dihati mulai ada keraguan atau syubhat, yang lebih baik aku tinggalkan.

Dan di HTI, aku memiliki seorang saudari yang ma syaa Allah pula. Namun saat ini beliau telah meninggal, ain rahimahallah. Beliau yang menemani hari-hari selama hijrah. Bersama-sama beliau, meniti jalan kebenaran, menjauhi jalan kebathilan..

---
Dia Yang Telah Tiada

‘ain Rahimahallah. Semenjak sama-sama off dari HTI, kita mulai jalanin hari-hari bareng. Awalanya beliau kuliah di jur matematika. Tapi karena ngerasa ga cocok, dan ingin mewujudkan impian bapaknya rahimahullah, ia ingin lanjut ke ma’had tahfidz qur’an..

Kita sama-sama berproses, berhijrah. Sampai akhirnya kita sama-sama pengen banget pake cadar. Ada suatu ketika, ‘ain rahimahallah memberikan ku satu set pakaian dengan cadar. Ma syaa Allah jawaban dari Allah. Kalau dulu Cuma liat orang-orang pake cadar, sekarang aku bisa ngerasain sendiri.

Entah kenapa, dari awal hijrah itu begitu yakin, bahwa seperti inilah seharusnya seorang perempuan.

Akhirnya ada di satu hari, coba pake cadar dari rumah. Dan u know? Dirumah udah pada kaya orang aneh dan crazy karena aku pake cadar. Aku yang polos dan ga ngerti apa yang ada dipikiran orang tua ngerasa sangat-sangat terpukul. Entah apalah yang salah dengan selembar kain itu, sehingga aku bisa sampe didekam dalam kamar & ga boleh keluar tanpa pengamanan mereka.

Itu aku, sedangkan ‘ain rahimahallah…. Beliau sampe dipukulin oleh abangnya dan disekap dalam kamar. Pada saat itu aku ngerasa masih beruntung jauh daripada ujian yang beliau hadapin. Sampai akhirnya aku coba untuk tetap bersama ‘ain rahimahallah untuk menyemangatinya..

Akhirnya aku lepas cadar, karena hari pertama keluar pake cadar, aku sampe dipanggil papa rahimahullah ke kantor, dan minta aku lepas cadar dan aku balik lagi nari kaya dulu…

Dan ‘ain, aku coba dateng kerumahnya. Karena udah cukup akrab dengan ibu & adeknya. Ibunya minta tolong aku untuk kerumah tantenya, karena ‘ain ada disana & udah mau berangkat ke Jakarta untuk masuk ke ma’had.

Sedih, bener-bener sedih ngeliat keadaan ‘ain rahimahallah dengan luka di sekujur tubuhnya & diwajahnya. Ma syaa Allah teman yang satu ini.. karena Allah ia terlihat begitu kuat, walaupun jasadnya terasa sakit bukan main..

Semoga Allah merahmatimu ‘ain rahimahallah..
---
Polos & Cadar

saat itu aku mulai disemester akhir dikampus. saat aku sholat dimushola, aku ada juga masih mengagumi seorang senior, tapi berbeda. ia memiliki kekurangan ditubuhnya. sampai pada akhirnya, dia merekomendasikan aku pada seorang ummahat yang aku tau, ummahat tersebut tinggal di sebuah tempat didekat sebuah masjid yang orang-orang menyebutnya orang quba. (padahal krn nama masjidnya quba, hehe).

Setelah mendapatkan contact ummahat tsb, aku pun langsung menghubungi & menuju ke rmh ummahat tsb utk ketemu. Saat ketemu, aku bareng sama sohib lama, kak dina. Seneng ya rasanya bisa ketemu ummahat tersebut. Tapi lucunya, saat nanya rumah ummahat tersebut, ada bapak-bapak malah ngeledek “ga cadaran juga mba?” dari situ aku heran seheran-herannya.

Ma syaa Allah, first time bisa ketemu sama ummahat yang ilmunya ma syaa Allah dan ahh senengnya saat itu bener-bener tak terkira. Aku masih inget nama ummahat itu, ummu ririn. Beliau juga udah berapa tahun belum memiliki anak, ma syaa Allah. Jadi rindu sama beliau.

Sampai akhirnya beliau ngajakkin kajian. Setiap ada info kajian, beliau ngasiin alamtnya.

Akhirnya awalan kajian, aku minta temenin sm mba fanti, waktu itu kajian di untan, dengan bahasan tafsir qur’an via rekaman. Sejujurnya sangat-sangat ga ngerti saat itu. tapi aku begitu takjub dengan pemandangan yang ada. Semua pakaian ummahat wa akhawat polos-polos dan bahkan ada yang bercadar. Ma syaa Allah, betapa beruntungnya dan bahagianyaaa saat ituu..

Kemudian, sempat lagi kajian ditemenin mba fanti. Tapi setelah itu, udah ga pernah ditemenin lg. ga tau kenapa, akhirnya aku jadi kajian sendiri. Seingat aku, di jamaah ummahat tersebut, aku sempat ikut lebih dari 3kali kajian. Bahkan sempat ikut belajar tahsin beberapa kali pertemuan. Semua kajian, belajar tahsin yang aku ikutin, ortu ga ada yang tau. Karena sekali lagi, kalau ortu tau udah termindset dipikiran aku bahwa “ga bakal dibolehin, bahkan bisa jadi dilarang keras.”

----

Tauhid, Fiqh, dll

Saat itu aku juga udah mulai sedikit faham mengenai tauhid, fiqh dll. Walaupun masih dimabok, karena banyak banget ilmunya dan aku masih kebingungan berat.. makanya aku sampe pindah-pindah kajian untuk cari tempat yang paling tepat.

Ketika dulu aku kenal suatu komunitas dari temennya temen yang isinya para ikhwan mereka suka berdebat, tapi berupa ilmu. Aku juga kenal salah seorang yang sudah cukup berumur, dan aku dikenalkan pula pada istri & anak-anaknya. Sampai akhirnya aku begitu sangat dekat. Banyak banget ilmu yang didapet dari mereka. Dan dari situ pula pemahaman aku semakin bertambah luas.

Ada salah satu ikhwan yang rekomendasiin aku ke salah satu ummahat, yang ma syaa Allah ternyata beliau itu hafidzoh, dan awalnya aku bner-bener ga tau, sampe aku sadar setelah beberapa tahun lamanya..

Alhamdulillaah sampe sekarang, aku masih contact-an dan kadang kalau pulang ke Pontianak suka ta’ziyah kesana.

---
Aku, dia dan kamu Hijrah

Disaat udah mulai ikut kajian di salafi, aku mendadak dapet temen baru 3 orang yang deket alhamdulillaah. Direcommend sm makiki. Ada dita, pucay & anna. Dita & anna itu sama-sama satu kerjaan, dulu ex terapis di Martha tilaar. Kalau si pucay, anak kuliahan yang pinter bahasa inggris.
Alhamdulillah sampe sekarang masih contact-an sama mereka, walaupun ga begitu intens.

Dita, sekarang udah punya anak dua. Anna juga. Si pucay aja nih yang belum nikah.
Banyak cerita dulu sama mereka bertiga ini waktu di Pontianak. Dari yang ketemuannya nyari tempat gratisan di KFC ayani. Sampe kegaduhan mereka ketika proses hijrah di mess nya dan proses keluar dari kerjaan hingga freelance & nikah.

Kalau bukan Allah yang mempertemukan, lalu siapa lagi?
Dan banyak ibroh pula yang bisa diambil dari kisah mereka bertiga ini.

Dita, ma syaa Allah, Allah berikan kemudahan dia untuk istiqomah bersama keluarga dan anak-anaknya. Ia hijrah barengan suaminya, yang ternyata dulu adalah temen dari SMP (kalau ga salah). Alhamdulillah, saat itu ia sudah bercadar & keluarganya mengenal sunnah. Semoga Allah memberikan keberkahan, rahmat & karunia kepadanya..

Anna, subhanallah.. apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita niatkan. Maka berhati-hati dengan niat. Alhamdulillah pada awalan ia bisa menikah. Tapi kebelakangnya, ternyata Allah yang memberikan hikmah atas kejadian yang ada pada Anna. Ia menikah dengan seorang arsitek yang dikontrak sebagai Dj disebuah club malam. Hingga pada hamil pertamanya, aku sempat terkena imbasnya. Yaah, begitulah kehidupan.. dan walaupun saat ini masih contact, tapi aku ga tau bagaimana keberadaan tauhid & Allah pada dirinya. Walaupun secara dzohir, Alhamdulillah ia masih tetap istiqomah dengan pakaian syar’inya..  semoga Allah selalu memberikan keluarganya hidayah kepada jalan yang lurus & haq..

Pucay, belum nikah-nikah.. kisahnya pun ga akan kalah memiliki ujian dengan yang lain.. semuanya pasti memiliki ujian dengan kadar masing-masing..
---

Selesai S1, baru S2, NIKAH!

Gimana ya, hahaha session ini bener-bener makan waktu pikiran dan tenaga. Ceritanya sepanjang Pontianak Jakarta..

Penuh drama, batu dan jalan yang berliku-liku. Ga kuat kalau harus cerita lagi, karena melewati ombak pasang yang begitu besar…

Gini aja ya, yang pada intinya, kelar S1, disuruh kerja dikantor papa, dari pagi sampe sore dibagian adm. Terus malemnya kuliah s2. Dan itu juga kaget ketika disuruh daftar s2.

Cuma 2minggu kerja dikantor papa & sampe kelar ikut matrikulasi s2, aku langsung cabut ke Jakarta buat minta direstuin nikah. Entah kenapa, saat itu yang halal sulit, tapi ketika dulu yang haram (pacaran) begitu mudah..

Itu proses dari ta’aruf sampe khitbah seingat aku dari bulan September sampe oktober akhir. Dan 9 november 2013 ( 5Muharram 1435) akad & walimah.
Dari sodorin biodata ikhwan ke mama yang sempet dikira becandaan, sampe sulitnya ngungkapin pengen nikah. Sampe akhirnya depresi dan cabut ke Jakarta buat minat direstuin. Dan saat itu yang ada dibenak adalah, ini adalah orang kedua yang Allah kasiin dari orang-orang yang sholeh agamanya, muwwahid, kalau ditolak malah bisa bencana. Makanya sepenuh hati mengusahakan karena Allah.

Sebodo teuing orang bilang gegara aku hamil kek, gegara aku ngejar-ngejar ini ikhwan, EGP, yang penting akoh bisa saaah! Hahaha
Orang-orang ga tau dan ga mau tau masa lalu buruk yang pernah kita hadapin, sampe kita bisa bertindak hal-hal yang di luar nalar mereka. Tapi Allah Maha Mengetahui Segala galanyaaaa. Jadi yaaa sya la la la..

Yang ada dipikiran aku, menurut syariat Islam nikah itu simple, ga ribet seperti yang beredar di masyarakat indo pada umumnya. Dan ketika aku minta please nikahnya simple aja, gausah gede-gede, tapi kenyataannya berbanding terbalik.

Jadinya aku bener-bener keep silent utk segala hal mengenai pernikahan, aku ga mau ikut campur, karena aku sadar, aku ga da partisipasi apa-apa. Semuanya bener-bener terjadi karena kehendak Allah.

Dan pernikahan yang ga pernah aku bayangin sebelumnya Allah takdirkan kepada aku. Dimana aku & suami bener-bener berbeda dari segala hal yang menyangkut dunia, tapi ma syaa Allah, Allah berikan kesamaan dari segala hal yang menyangkut akhirat. Itulah titiknya kenapa aku & suami bisa selalu happy & bareng until today, alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimushsholihaat..

Orang-orang bilang ini dan itu, ini dan itu, EGP. Tapi yang bikin aku sedih adalah saat keluarga suami di “rendahkan” oleh keluarga besar dari sebelah ortu. Ujian….

Oiya, pertemuan aku sama suami sebelum akad itu Cuma 1 kali pas nadzhor, 1 kali pas khitbah, dan 1 kali pas akad, kemudian seterusnyaa ketemu terus.. hahaha.. jadi jangan ditanya betapa kagok bin anehnya ketika abis akad disuruh pto bareng & itu kagok banget..

---
2014, 2015, 2016

Tiga tahun itu adalah masa-masa move on. Entah kemana aja, pokoknya main pindah-pindah.. tahun awalan 2014 masih di pamulang, disana juga Alhamdulillah punya banyak temen baru dikajian, first time meet up sama makiki juga, dll. Masa-masa itu ngontrak di kontrakkan petakan yang ada 3 ruangan.  Mungkin awalan tahun ini Allah ngasiin waktu buat aku ngenal lebih jauh keluarga suami.

Tahun 2015 move on ke Pontianak. Ma syaa Allah, hikmahnya Allah mungkin pengen suami bisa kenal keluarga aku secara langsung. Dan saat-saat papa rahuimahullah lagi sakit, ada suatu ketika yang bikin aku rasanya pengen meleleh. Disaat papa rahimahullah terbaring dirumah sakit, dan disitu ada suami juga, tetiba papa rahimahullah bilang “wuk, maafin papa ya, dulu suka kasar sama kamu, dll…..” hati rasanya nyes banget, Allahu Robbi.. aku langsung bilang “udahlah pa, itu udah berlalu kok. Sekarang ya sekarang. In syaa Allah semuanya udah lebih baik.” Rasanya kalau bisa bercucuran itu air mata, bisa sederes apaan tau. Tapi ditahan, karena nangis dihadapan ortu, bisa bikin baper & nyes nyes…

Tahun 2016 move on ke depok city, and until now 2018 masih disini.. sepertinya ini baru memulai kehidupan sebenarnya. hehe