by. Putri Filzaty
bismillahhirrahmannirrahim ...
bismillahhirrahmannirrahim ...
Rasanya kalau sudah mendengar nama atau cerita berbau
pesantren, aku bisa menjadi minder sendiri. Alasannya?
Aku dilahirkan dari sebuah keluarga muslim yang aku sendiri
tak ingin menyebutkan bibit bebet dan bobotnya, menurutku sekarang itu bukanlah
hal yang penting. Karena bagiku, masa lalu bukanlah bagian dari masa sekarang.
Jalur pendidikanku sama seperti yang lain, melewati jalur
biasa. SD, SMP, SMA umum.. tak pernah terpikir dulu untuk masuk ke MIN, MTS
ataupun MAN. Apalagi pesantren. Namun, apabila aku diberikan kesempatan untuk
melahirkan dari rahimku sendiri, aku ingin sekali memboyongnya untuk masuk di
pesantren.
Aku memang seorang muslim dari aku kecil. Tapi untuk
pemahaman agama, aku sangat jauh sekali. Yang terakhir aku ingat ketika mengaji
itu waktu SD, itupun sampai juz 2. Sampailah aku kuliah di semester 7, baru aku
melanjutkan belajar mengaji lagi. Kalau ada yang bilang itu waktu yang sia-sia,
memang iya. Kalau ada yang menyesalkan waktu selama itu, memang iya. Tapi aku
tak bisa memungkirinya.
Dari SD sampai kuliah disemester 5, aku sempat terjebak
dalam dunia karir. Bekerjakah aku? Tidak. Lalu? Hanya hoby sampingan yang bisa
membawa aku mencapai puncak karir, itu menurutku. Rasanya langkah untuk menuju
artis itu sudah didepan mata, jika aku berani untuk melanjutkannya. Berani untuk
bermaksiat lebih banyak lagi. Namun, Allah punya rencana yang lebih indah. Cukup
maksiat yang diperbuat, waktunya aku bertobat nasuha.
Pengalaman apa yang aku dapat selama belasan tahun mengenal
dan mencintai dunia? Banyak. Banyak sekali. Dari gaya hidup hedonis, sampai
lupa akan kewajiban seorang muslim, alih-alih menyepelekan. Apalagi bagian
hidup anak muda.
Penyesalan kah? Iya, sangat menyesal!
Memang pernah dulu sempat terpikir dibenak.
“kapan aku bisa memperdalam agama?”
“karirku alhamdulillah selalu menanjak, materi berlimpah, tapi
batinku kosong.”
“dosakah yang aku perbuat ini?”
Mungkin sekiranya hanya itu yang bisa mewakili dari sekian
banyak lika-liku kehidupan.
Rasanya wajar, jika aku minder dengan pendidikan ala
pesantren. Itu semua berpengaruh pada masa depanku. Masa depanku di dunia dan
akhirat.
Masihkah aku mencintai dunia sekarang ini? Tidak, bahkan aku
sangat membencinya! Banyak harapan palsu, angan-angan palsu, dan impian palsu.
Lalu apa yang aku lakukan sekarang? Aku memilih untuk
sedikit demi sedikit berusaha menjauhi semua itu, dengan proses. Proses yang
membuat aku terkadang bisa berada diatas, ketika aku merasa sangat bahagia,
dengan kenikmatan yang diberikan-Nya. Tapi akupun bisa berada dibawah, ketika
cobaan yang beruntun mencoba datang dan menemui lalu berkata, “bersabarlah dan
teruslah memohon pada-Nya dengan sholat dan sedekah.”
Lalu, kenapa pesantren? Karena aku memiliki pandangan, dari
situlah muncul generasi hebat. Orang tua, yang benar-benar meng-ikhlaskan
putra-putrinya menuntut ilmu setinggi mungkin, untuk kehidupan dunia dan
akhirat nanti. Walaupun dengan waktu pertemuan yang minim. Namun tak ayal, sedikit dari
mereka yang tidak tahan akan kehidupan indah dipesantren, entah mengapa, itu
hanya mereka yang tahu jawabannya.
Namun, kucoba fokuskan. Walaupun aku masih jauh dari
pembelajaran semua itu, aku berani untuk mengejar. Jikapun besok telah tiada,
aku harus yakin jannah itu milik Allah, dan Allah yang berhak menentukan kemana
hambanya masuk. Janji Allah itu pasti, janji manusia itu .....