Thursday, 28 September 2023

Bagaimana Menyikapi Serangan Balik? Unai

Kajian 5 | Bagaimana Menyikapi Serangan Balik?
Bismillah asholatu wassalamu 'ala Rosulillah, wa'ala alihi wa shohbihi ajma'in wa man tabi'ahum bi ihsani ila yaumiddin. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang maha luas dan kekal kasih sayangnya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah limpah kepada Rasulullah beserta orang tercinta didekatnya, keluarga, keturunan dan seluruh pengikutnya hingga Akhir jaman. Selamat menunaikan ibadah shaum di romadhan hari yang pertama ini, untuk segenap keluarga besar RehabHati Indonesia dan seluruh mukminin-mukminat yang berbahagia.
Pertanyaan dari Akh Ali Abu Hafshoh [Owner dan Trainer Rehab Hati Payakumbuh]: Bagaimana membentengi keluarga kita dari Syaitan?
Ini adalah pertanyaan yang wajib ada disetiap pelatihan ruqyah di seantero nusantara. Bisikan syaitan pertama kali bagi mereka yang sudah mulai bertekad untuk menjadi mujahid tauhid dalam memerangi syaitan terkutuk yang menjajah kebanyakan muslimin dimanapun berada.
Serangan balik diistilahkan sebagai respon atas sebuah serangan pertama yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap individu atau kelompok,
atau tindakan balas kepada pihak yang pertama kali menyerang.
Serangan balik juga diibaratkan ‘serangan pertama’ kali dalam sebuah pertempuran, dimana musuh menyerang balik benteng pertahanan kita disebabkan oleh serangan kita yang terdahulu.
Jadi tidak bisa dikatakan serangan balik kalau kondisi musuh sudah ada dalam benteng kita bertahun-tahun. Karena yang ada adalah justru kitalah yang menyerang mereka balik.
Artinya dalam dunia ruqyah tidak ada istilah serangan balik karena kita sudah ada dalam kancah pertempuran sejak lama.
Hanya saja manusia tidak menyadarinya, sehingga ketika ia mendapat serangan dan Allah memperlihatkannya seakan itu adalah serangan balik dari musuh.
Padahal musuh sudah sejak lama memerangi kita.
Jadi yang harus dilakukan adalah ‘hanya’ berupaya memperkuat benteng pertahanan kita sendiri.
Atau kita definisikan sebagai benteng ghoib, seperti kita ketahui bahwa benteng ghaib ini tercipta dari ritual sunnah yang dilakukan setelah menunaikan kewajiban sebagai bukti ketaatan yang berlandaskan akidah yang murni diatas tegapnya jiwa yang bertauhid.
Sederhana saja, kalau biasanya kita mendhowamkan ritual sunnah sebagai ibadah maka kita ubah ia menjadi senjata pertahanan [do’a perlindungan] sekaligus ibadah.
Dan lalu mengajarkannya kepada anak dan istri. Seperti dilakukan Rasulullah sholallahu alaiyhi wa sallam terhadap dua cucunya hasan dan husain dengan kalimah “U’idzukuma bikalimatillahit tammah min kulli sayyitoni wa hammah wa min kulli ‘aini lammah”.
Aku lindungi kalian berdua dengan kalimat-kalimat perlindungan dari Allah yang sempurna dari segala gangguan syaitan dan bisa binatang dan tatapan mata yang dengki…
Jadi jika Rasul sholallahu alaiyhi wa sallam saja yg sudah dijamin Allah subhannahu wa ta’ala mendo’akan keluarganya, apalagi kita yang tidak ada jaminan sedikitpun.
Intinya pelajaran agar kita juga memperhatikan amalan dan akidah keluarga.
Adapun jika salah satu keluarga kita diambil syaitan, maka ketahuilah ya Ikhwah bahwa itu adalah ujian!!!
Sebuah ujian bagi keteguhan jiwamu, akankah lebih membela mereka atau islam didadamu?
Karena keluarga itu adalah merupakan bagian dari “dunia” yang telah Allah laknat.
Akankah engkau berhenti atau berdiri lebih kuat lagi untuk membalaskan sakit hati kepada musuh-musuh Allah itu?
Maka, jika engkau istiqamah ketahuilah bahwa kesabaran syaitan itu tidak seberapa nilainya jika dibanding kemahasabaran Allah dalam menunggu taubat kita.
Secara teknis, bagaimana melindungi keluarga dari marabahaya sihir, serangan balik dukun, syaitan dibangsa jin dll?
Tahap 1,
Tentu dengan membersihkan diri dari kesyirikan. Karena Allah meninggalkan atau berlepastangan dari pribadi atau keluarga yang musyrik. Bumihanguskan kesyirikan dari keluarga kita secara bertahap atau tuntaskan seketika.
Setelah keluarga bebas dari syirik, terutama benda syirik secara dzahir kemudian bebaskan mereka dari syirik yang bersifat bathin (didadanya). Ini bukan pekerjaan mudah, dari itulah kita dituntut untuk mendakwahi diri sendiri dan keluarga sebelum terjun. Agar kita punya basic atau pondasi semangat yang luarbiasa ketika mendapat sokongan keluarga.
Namun jika belum berhasil, justru jangan berpangku tangan dan curhat sana-sini seperti ahwat-ahwat curhater itu. Tapi bangkit dan bantu umat dengan apa yang bisa kita lakukan, maka lihatlah disana Allah akan bantu engkau dan keluargamu.
Tahap 2,
Jika sudah bersih dari syirik dzahir dan batin maka tahap selanjutnya adalah mengajak mereka untuk membuktikan iman didadanya dengan ketaatan berupa penunaian ketaatan kepada Allah dengan mengerjakan seluruh kewajiban yang ia mampu.
Setelah ia mampu menunaikan kewajibannya, maka selanjutnya ajak untuk mencintai dan mengaplikasikan sunnah.
Jika itu sudah tergapai dengan sempurna, maka kewajiban engkau sebagai kepala rumah tangga selesai.
Sisanya berikan kepada Allah, apakah ia ridho atau belum untuk menyembuhkan dan menjaga mereka?
Jika belum maka pelajaran selanjutnya adalah ikhlas.
Tahapan 3,
Adalah mengajak keluarga untuk meleburkan dirinya dengan dakwah antum.
Menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya, memberitahukan kembali bahwa akhirat sudah dekat. Menceritakan kepada mereka tentang sungai-sungai di syurga yang batunya dari mutiara. Membicarakan properties syurga yang harus dibangun dan direncanakan dari sekarang.
Sehingga keluarga akan menjadi pasukan kita, Bukan penghalang kita dalam berdakwah.
Inilah sesungguhnya nikmat terbesar, sebuah kebahagiaan atau bahkan syurga sebelum syurga yang sesungguhnya ketika memiliki keluarga yang mendukung kita dalam suka dan duka dalam menggapai syurga yang sesungguhnya.
Intinya, jika keluarga kita diserang syaitan, Allah sedang mendidik kita untuk mendidik mereka. Mendisiplinkan iman mereka.
Wallahu’alam